15 Mei 2015 | Kegiatan Statistik Lainnya
Perkembangan Inflasi/Deflasi Pedesaan di Sumatera Selatan, dan Perbandingan Inflasi/Deflasi yang terjadi pada wilayah pedesaan, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau
Tahun 2010 – 2014
oleh : Weti Husnah, SE ( Kepala Seksi Statistik Keuangan Dan Harga Produsen BPS Prov. Sumatera Selatan )
1.1. Perkembangan Laju Inflasi/Deflasi Pedesaan Sumatera Selatan tahun 2010 – 2014
Inflasi/Deflasi merupakan kecenderungan naik atau turunyya harga barang-barang secara umum dan terjadi secara terus menerus.
Inflasi Pedesaan menggambarkan perubahan indeks harga konsumen (IHK) di tingkat pedesaan. Indeks harga konsumen pedesaan diperoleh berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan pada 87 kecamatan yang tersebar pada 11 kabupaten pada wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan inflasi/deflasi Kota menggambarkan perubahan indeks harga konsumen yang terjadi di daerah perkotaan. Untuk Provinsi Sumatera Selatan penghitungan IHK di tingkat perkotaan baru dilakukan di dua kota yaitu kota Palembang dan disusul pada tahun 2014 adalah Kota Lubuk Linggau. Faktor-faktor pennyebab terjadinya inflasi atau deflasi, antara lain :
1. Faktor permintaan, Apabila permintaan meningkat produksi tetap harga cenderung meningkat, sebaliknya jika permintaan barang menurun harga akan turun.
2. Persediaan barang, Berkurangnya persediaan barang akan cenderung mengakibtakan kenaikan harga sebaliknya meningkatnya persediaan barang akan mengakibatkan turunya harga.
3. Persediaan Uang di Masyarakat. Jika persediaan uang di masyarakat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan inflasi begitu pula sebaliknya akan mengakibatkan deflasi.
Dalam lima tahun terakhir (2010-2014) inflasi pedesaan cenderung mengalami peningkatan. Secara kumulatif tahunan pada tahun 2010 inflasi mencapai 7,21 persen, selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 inflasi relative rendah berada dibawah angka lima persen yaitu masing-masing 3,16 persen dan 4,41 persen. Namun Pada tahun 2013 inflasi pedesaan meningkat menjadi 6,55 persen dan terus meningkat hingga mencapai angka 8,40 persen pada tahun 2014. Angka ini merupakan inflasi tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.
Pada tahun
2010 inflasi pedesaan mencapai 7,21 persen.
Secara bulanan infalsi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2010 yaitu
sebesar 1,90 persen. Peningkatan inflasi sebesar 1,90 persen tersebut dipengaruhi
oleh meningkatnya inflasi pada semua kelompok pengeluaran terutama kelompok
pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi.
Pada tahun 2011 inflasi pedesaan relatif rendah yaitu 3,16 persen. Angka ini merupakan inflasi terendah selama periode 2010 – 2014. Rendahnya inflasi ini dipengaruhi oleh adanya penurunan harga atau deflasi yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei dan Desember 2011. Penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan.
Pada tahun 2012 inflasi pedesaan Sumatera Selatan mencapai 4,41 persen, lebih rendah dibanding tahun 2011. Dan bila dilihat secara bulanan, harga di pedesaan sepanjang tahun 2012 yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012 mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2012 yaitu 0,73 persen, angka inflasi ini dipengaruhi adanya kenaikan harga pada semua kelompok pengeluaran.
Selanjutnya pada tahun 2013 inflasi pedesaan meningkat mencapai 6,55 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 yaitu sebesar 2,65 persen, peningkatan inflasi ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga BBM yang terjadi di bulan Juni dan dampak kenaikannya baru dirasakan pada bulan Juli 2013. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi yang mencapai 9,30 persen dan kelompok bahan makanan 3,64 persen.
Pada tahun 2014 inflasi pedesaan Sumatera Selatan mencapai 8,40 persen, angka ini merupakan inflasi tertinggi yang terjadi selama kurun waktu 2010-2014. Secara bulanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu 2,76 persen. Kenaikan inflasi sebesar 2,76 persen tersebut dipicu oleh adanya kenaikan BBM pada bulan November 2014. Kenaikan harga BBM berdampak terhadap kenaikan inflasi pada semua kelompok pengeluaran.
1.2. Perbandingan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan, Inflasi Kota Palembang dan Inflasi Kota Lubuk Linggau.
Perkembangan Inflasi/Deflasi pada Wilayah Pedesaan di Sumatera Selatan, |
|||||||||||
Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau Tahun 2010 - 2014 |
|||||||||||
Bulan |
2010 |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
||||||
Inflasi Pedesaan |
Inflasi Kota Plg |
Inflasi Pedesaan |
Inflasi Kota Plg |
Inflasi Pedesaan |
Inflasi Kota Plg |
Inflasi Pedesaan |
Inflasi Kota Plg |
Inflasi Pedesaan |
Inflasi Kota Plg |
Inflasi Kota Lubuk Linggau |
|
Januari |
1,47 |
0,61 |
1,08 |
0,82 |
0,73 |
0,17 |
0,50 |
0,64 |
1,26 |
1,07 |
1,36 |
Februari |
0,57 |
0,28 |
0,16 |
-0,32 |
0,02 |
-0,44 |
0,73 |
0,71 |
0,29 |
-0,24 |
-0,41 |
Maret |
-0,39 |
-0,31 |
-0,13 |
-0,77 |
0,07 |
0,04 |
0,33 |
0,85 |
-0,15 |
-0,20 |
-0,13 |
April |
0,11 |
0,01 |
-0,58 |
-0,28 |
0,51 |
0,49 |
-0,19 |
0,04 |
-0,42 |
-0,14 |
-0,59 |
Mei |
-0,21 |
0,22 |
-0,11 |
0,79 |
0,24 |
0,08 |
-0,24 |
-0,41 |
-0,15 |
-0,03 |
0,37 |
Juni |
0,75 |
0,95 |
0,46 |
0,65 |
0,58 |
0,69 |
0,71 |
1,18 |
0,64 |
0,54 |
0,47 |
Juli |
1,90 |
1,40 |
0,93 |
0,70 |
0,68 |
0,46 |
2,65 |
2,92 |
0,92 |
0,89 |
1,72 |
Agustus |
0,83 |
0,07 |
0,51 |
0,69 |
0,50 |
0,51 |
1,17 |
0,58 |
0,35 |
0,10 |
0,50 |
September |
0,19 |
1,01 |
0,42 |
0,59 |
0,53 |
-0,29 |
0,47 |
-0,44 |
0,27 |
0,47 |
-0,44 |
Oktober |
-0,10 |
-0,06 |
0,19 |
0,50 |
0,23 |
0,41 |
0,20 |
0,83 |
0,77 |
0,80 |
1,08 |
November |
1,06 |
1,16 |
0,25 |
0,02 |
0,15 |
0,24 |
0,29 |
-0,05 |
1,86 |
2,10 |
2,07 |
Desember |
1,03 |
0,54 |
-0,02 |
0,35 |
0,18 |
0,32 |
-0,07 |
0,04 |
2,76 |
2,75 |
3,03 |
Kumulatif Tahunan |
7,21 |
6,02 |
3,16 |
3,74 |
4,41 |
2,72 |
6,55 |
7,04 |
8,40 |
8,38 |
9,34 |
Dalam periode 2010 - 2014, perkembangan inflasi/deflasi di wilayah pedesaan Sumatera Selatan, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau baik secara bulanan maupun kumulatif tahunan berfluktuatif. Hal ini dipengaruhi adanya kenaikan atau penurunan harga pada komoditi-komoditi yang tercakup dalam penghitungan harga konsumen baik pada wilayah pedesaan maupun di wilayah perkotaan yaitu Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau.
Pada Tahun 2010, secara kumulatif tahunan laju inflasi pedesaan Sumatera Selatan relatif lebih tinggi dibanding laju inflasi Kota Palembang. Pada tahun 2010 laju inflasi pedesaan Sumatera Selatan sebesar 7,21 persen lebih tinggi dibanding inflasi Kota Palembang yaitu 6,02 persen. Bila lihat secara bulanan, Perbedaan inflasi relatif cukup besar terjadi pada bulan Januari 2010. Pada bulan Januari 2010 inflasi pedesaan 1,47 persen sedangkan inflasi Kota Palembang 0,61 persen. Laju inflasi pedesaan sebesar 1,47 persen tersebut dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga pada semua kelompok pengeluaran. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi. Sedangkan inflasi Kota Palembang pada bulan Januari 2010 sebesar 0,61 persen, dipengaruhi oleh kenaikan harga dihampir semua kelompok pengeluaran kecuali pada kelompok transportasi yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi kelompok bahan makanan dan makanan jadi, sedangkan kelompok transportasi deflasi 0,21 persen.
Perbedaan perubahan harga terjadi di bulan Mei 2010, pada wilayah pedesaan Sumatera Selatan harga-harga secara umum mengalami deflasi sebesar 0,21 persen, penurunan harga terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan, perumahan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan, Kota Palembang pada periode yang sama harga-harga secara umum mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Inflasi terjadi pada kelompok pengeluaran makanan jadi, perumahan, dan sandang. Kelompok kesehatan, pendidikan, dan transportasi tidak mengalami perubahan harga, sedangkan bahan makanan mengalami deflasi.
Pada tahun 2011, kumulatif tahunan Inflasi pedesaan Sumatera Selatan relatif lebih rendah dibanding dengan inflasi Kota Palembang. Inflasi pedesaan sebesar 3,16 persen, sedangkan inflasi Kota Palembang 3,74 persen. Pada bulan Februari dan 2011 terjadi perbedaan perubahan harga, daerah pedesaan Sumatera Selatan mengalami inflasi sedangkan Kota Palembang mengalami deflasi. Hal ini dipengaruhi karena pada wilayah pedesaan semua kelompok pengeluaran mengalami inflasi sedangkan Kota Palembang pada kelompok pengeluaran bahan makanan dan sandang mengalami deflasi. Sebaliknya, pada bulan Mei dan Desember 2011, pada daerah pedesaan di Sumatera Selatan mengalami deflasi sedangkan Kota Palembang terjadi inflasi. Pada Bulan Mei dan Desember 2011, daerah pedesaan masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,11 dan 0,02 persen, hal ini dipengaruhi adanya penurunan harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan. Sedangkan Kota Palembang pada pada periode yang sama mengalami inflasi 0,79 persen dan 0,02 persen, semua kelompok pengeluaran mengalami inflasi.
Pada tahun 2012, daerah pedesaan di Sumatera Selatan mengalami inflasi 4,41 persen lebih tinggi dibanding inflasi Kota Palembang sebesar 2,72 persen. Secara bulanan, sepanjang tahun dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012, pada wilayah pedesaan mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2015. Sedangkan Kota Palembang juga sebagian besar mengalami inflasi kecuali pada bulan Februari dan September 2012. Pada bulan Februari dan September 2012, kota Palembang mengalami deflasi masing-masing 0,44 persen dan 0,29 persen. Penurunan harga sebesar 0,44 persen pada Februari 2011, terjadi pada kelompok bahan makanan sedangkan pada bulan September 2012 penurunan harga terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan, perumahan, dan transportasi.
Pada tahun 2013, wilayah pedesaan di Sumatera Selatan mengalami inflasi 6,55 persen, lebih rendah dibanding inflasi Kota Palembang sebesar 7,04 persen. Secara bulanan, perbedaan perubahan harga antara wilayah pedesaan Sumatera Selatan dan Kota Palembang terjadi pada bulan April, September, November dan Desember 2013. Pada bulan April dan Desember 2013 harga-harga secara umum pada wilayah pedesaan mengalami deflasi yaitu masing-masing deflasi 0,19 persen dan 0,07 persen, sedangkan Kota Palembang pada periode yang sama mengalami inflasi masing-masing 0,04 persen. Terdeflasinya harga yang terjadi pada bulan April sebesar 0,19 persen dipengaruhi oleh menurunnya harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan, kesehatan dan transportasi. Sedangkan Kota Palembang mengalami inflasi 0,04 persen, kenaikan harga terjadi dihampir semua kelompok pengeluaran kecuali pada kelompok bahan makanan dan sandang.
Pada bulan Desember 2013, wilayah pedesaan mengalami deflasi 0,07 persen, penurunan harga tejadi pada kelompok bahan makanan, sandang dan kesehatan. Sedangkan Kota Palembang mengalami inflasi 0,04 persen, kenaikan harga terjadi pada kelompok makanan jadi, perumahan, dan tranportasi. Kelompok bahan makanan dan sandang mengalami deflasi, Kelompok pengeluaran kesehatan dan pendidikan tidak mengalami perubahan harga.
Sebaliknya pada bulan September dan November 2013, wilayah pedesaan mengalami inflasi, sedangkan Kota Palembang mengalami deflasi. Pada bulan September 2013, wilayah pedesaan mengalami inflasi 0,47 persen, semua kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perumahan. Sedangkan pada periode yang sama Kota Palembang mengalami deflasi 0,44 persen, penurunan harga terutama terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan, kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi.
Pada bulan November 2013, wilayah pedesaan mengalami inflasi sebesar 0,29 persen, kenaikan harga terjadi pada semua kelompok pengeluaran. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi. Sedangkan Kota Palembang pada periode yang sama mengalami deflasi 0,05 persen, penurunan harga terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang.
Pada tahun 2014, Inflasi tertinggi terjadi di Kota Lubuk Linggau yaitu 9,34 persen, disusul oleh inflasi yang terjadi di wilayah pedesaan sebesar 8,40 persen, dan inflasi Kota Palembang sebesar 8,38 persen. Bila dilihat secara bulanan pada ketiga wilayah tersebut, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014. Kenaikan harga BBM yang terjadi pada bulan November 2014 berdampak terhadap kenaikan harga pada semua kelompok pengeluaran, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan inflasi yang mulai terjadi pada bulan November 2014 dan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2014. Pada Bulan Oktober 2014 inflasi pedesaan sebesar 0,77 persen, meningkat menjadi 1,86 persen pada bulan November 2014, dan terus meningkat pada bulan Desember 2014 menjadi 2,76 persen. Hal ini juga terjadi pada inflasi Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau yaitu masing-masing dari 0,80 persen dan 1,08 persen pada bulan Oktober 2014, meningkat menjadi 2,10 persen dan 2,07 persen di bulan November 2014, dan pada bulan Desember 2014 menjadi 2,75 persen dan 3,03 persen.
Perbedaan perubahan harga pada ketiga wilayah tersebut terjadi pada bulan Februari, Mei dan September 2014. Pada bulan Februari 2014, wilayah pedesaan mengalami inflasi, sedangkan Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau mengalami deflasi. Wilayah pedesaan pada bulan Februari 2014 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Inflasi terjadi pada semua kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi. Sebaliknya Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau mengalami deflasi. Kota Palembang pada bulan Februari 2014 mengalami deflasi sebesar 0,24 persen disebabkan adanya penurunan harga pada kelompok bahan makanan, dan perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Sedangkan Kota Lubuk Linggau mengalami deflasi sebesar 0,41 persen dipengaruhi oleh adanya penurunan harga pada kelompok bahan makanan, perumahan, sandang dan kesehatan.
Pada bulan Mei 2014, wilayah pedesaan dan Kota Palembang mengalami deflasi, sedangkan Kota Lubuk Linggau mengalami inflasi. Pada periode yang sama wilayah pedesaan mengalami deflasi sebesar 0,15 persen dan Kota Palembang deflasi 0,03 persen. Deflasi yang terjadi pada kedua wilayah tersebut dipengaruhi adanya penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Sebaliknya Kota Lubuk Linggau mengalami inflasi sebesar 0,37 persen, inflasi ini disebabkan adanya kenaikan harga dihampir semua kelompok pengeluaran kecuali pada kelompok sandang dan pendidikan yang tidak mengalami perubahan harga.
Pada bulan September 2014, wilayah pedesaan dan Kota Palembang mengalami inflasi, sedangkan Kota Lubuk Linggau mengalami deflasi. Pada periode yang sama, wilayah pedesaan dan Kota Palembang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,27 persen dan 0,47 persen , kenaikan harga terjadi di hampir semua kelompok pengeluaran, kecuali kelompok sandang untuk wilayah pedesaan dan kelompok bahan makanan untuk Kota Palembang yang mengalami deflasi.
Berita Terkait
Inflasi Kabupaten Muara Enim Tertinggi di Sumatera Selatan pada Mei 2024
PSS Provinsi Sumatera Selatan 2024
Apel Pagi dan Pengarahan Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan
Publikasi Sumatera Selatan Dalam Angka 2024
Penguatan dan Penyegaran Sistem Pengamanan dan Kebersihan BPS Se-Sumatera Selatan
Kerja Bakti Seluruh Pegawai di Lingkungan BPS Provinsi Sumatera Selatan
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera SelatanJl. Kapten Anwar Sastro No 1694 Palembang
Sumatera Selatan 30129 Telp (0711) 351665
318456
Email : bps1600@bps.go.id.
Tentang Kami